Selasa, 26 Agustus 2008

konsepsi manusia (Psikom)

AJENG SITARASA 2101-1107-0168
HUMAS KELAS SORE
PERCEPATAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI
TUGAS PSIKOLOGI KOMUNIKASI

KONSEPSI MANUSIA DALAM PSIKOLOGI KOGNITIF

Dalam konsepsi ini Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhlik yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang slalu berusaha memahami lingkungannya.Makhluk yang selalu berfikir ( Homo Sapiens ). Pikiran yang dimaksudkan behaviorisme sekarang didudukkan lagi di atas tahta.
Menurut :
FREGE,dalam bukunya Philosophical Logic ( 1977:38 )
“Pengaruh seseorang pada yang lain kebanyakan ditimbulkan oleh pikiran. Kita mengkomunikasikan pikiran. Bagaimana hal ini terjadi? Kita timbulkan perubahan di luar yang sama. Perubahan-perubahan ini, setelah dipersepsi orang lain, akan memahami suatu pikiran dan menerimanya sebagai hal yang benar……..”
Frege menisyaratkan kelebihan rasionalisme pada empirisme.
DESCARTES DAN KANT
Menyimpulkan bahwa jiwalah ( mind ) yang menjadi alat utama pengetahuan, bukan alat indera. Jiwa menafsirkan pengalaman inderawi secara aktif : mencipta, mengoganisir, menafsirkan, mendistorsi dan mencari makna. Tidak semua stimuli kita terima.
Sedangkan menurut WILL DURANT (1933 : 203 ), menyimpulkan tulisan dari KANT, “ Sensasi dan pikiran adalah pelayan, mereka menunggu panggilan kita, mereka tidak dating kecuali kalau kita butuhkan. Ada tuan yang menyeleksi dan mengarahkan.
Pada aliran PSIKOLOGI GESTALT
MEINONG, EHRENFELS, KOHLER, WERTHEIMER, dan KOFFKA
Menurut mereka, Manusia tidak memberikan respons kepada stimuli secara otomatis. Manusia adalah organism aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Sebelum memberikan respon, manusia menangkap dulu “pola: stimuli secara keseluruhan dalam satuan – satuan yang bermakna. Pola ini disebut Gestalt Huruf “1” akan dianggap sebagai angka satu dalam rangkaian “1,2,3”.Manusialah yang menentukan makna stimuli itu, bukan stimuli sendiri. Di kalangan ilmu komunikasi terkenal proposisi “ Words don’t mean, People mean “.
LEWIN
Perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Dari Fisika Lewin meminjam konsep medan (field) untuk menunjukkan totalitas gaya yang mempengaruhi seseorang pada saat tertentu. Perilaku manusia bukan sekedar respons pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang mempengaruhi secara spontan.
Behavior adalah hasil interaksi antara person ( diri orang itu) dengan environment (lingkungan psikologisnya )
Lewin juga berjasa dalam menganalisa kelompok. Dari Lewin lahi konsep dinamika kelompok. Dalam Kelompok, individu menjadi bagian yang saling berkaitan dengan anggota kelompok yang lain. Kelompok memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki individu.
Lewin juga berbicara tentang tension (tegangan) yang menunjukkan suasana kejiwaan yang terjadi ketika kebutuhan psikologis belum terpenuhi. Konsep tension melahirkan banyak teori yang digabung dengan istilah teori ( konsistensi kognitif ) Teori ini pada pokoknya menyatakan bahwa individu berusaha mengoptimalkan makna dalam persepsi, perasaan, kognisi, dan pengalamannya.
Sejak pertengahan tahun 1950-an berkembang penelitian mengenai perubahan sikap dengan kerangka teoritis manusia sebagai pencari konsistensi kognitif. Di sini manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu berusaha menjaga keajegan dalam system kepercayaannya, dan diantara system kepercayaan dengan perilaku.
Awal tahun 1970-an muncul konsepsi Manusia sebagai pengolah informasi. Dalam konsepsi ini, manusia bergeser dari orang yang suka mencari justifikasi atau membela dii menjadi orang yang secara sadar memecahkan persoalan. Perilaku manusia dipandang sebagai produk strategi pengolahan informasi yang rasional, yang mengarahkan penyandian, penyimpanan, dan pemanggilan informasi. Contoh persepsi ini adalah Teori Atribusi.





















KONSEPSI MANUSIA DALAM PSIKOLOGI HUMANISTIK

Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan CARL ROGERS, yang boleh disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik.
Floyd W. Matson
Psikologi Humanistik adalah “Humanistic Psychologi is not just the study of ‘human being’ ; it is a commitment to human becoming”.
Psikologi Humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis Neo Freudian seperti Adler, Jung, Rank, Slekel, Ferenzi.Tetapi lebih banyak mengambil dari fenomenoloi dan eksistensialisme.
Brouwer , 1983 : 14
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri.” Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.”
Alfres Schutz ( tokoh sosiologi fenomenologis )
Pengalaman subyektif ini dikomunikasikan oleh factor social dalam proses intersubjektivitas.
Menurut Shutz :
“ Untuk memahami subyektif anda , aku harus mengambarkan arus kesadaran anda berdampingan dengan arus kesadaranku. Dalam gambaran inilah, aku harus menafsirkan dan membentuk tindakan intensional anda ketika anda memilih kata-kata anda”.
Intersubjektivitas diungkapkan pada eksistensialisme dalam tema dialog, pertemuan, hubungan diri dengan orang lain, atau apa yang disebut Martin Buber “ I-thou Relationship”. Istilah yang disebut terakhir menunjukkan hubungan pribadi dengan pribadi.
Eksistensialisme menekankan pentingnya kewajiban individu pada sesama manusia.
Menurut Coleman dan Hammen. 1974 : 36
Yang terpenting bukan apa yang didapat dari kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan.
Ini yang membedakan psikologi humanistic dengan mahzab lain.Manusia bukan saja pelakon dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari identitas, tetapi juga pencari makna.
Pandangan-pandangan CARL ROGERS
1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana dia menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal.
2. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasi diri.
3. Individu beeaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Ia bereaksi pada realitas seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri.Berupa penyempitan dan pengkakuan persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme petahanan ego seperti rasionalisasi.
5. Kecenderungan batiniah manusia ialh menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.

Tidak ada komentar: