Selasa, 26 Agustus 2008

konsepsi manusia (Psikom)

AJENG SITARASA 2101-1107-0168
HUMAS KELAS SORE
PERCEPATAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI
TUGAS PSIKOLOGI KOMUNIKASI

KONSEPSI MANUSIA DALAM PSIKOLOGI KOGNITIF

Dalam konsepsi ini Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhlik yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang slalu berusaha memahami lingkungannya.Makhluk yang selalu berfikir ( Homo Sapiens ). Pikiran yang dimaksudkan behaviorisme sekarang didudukkan lagi di atas tahta.
Menurut :
FREGE,dalam bukunya Philosophical Logic ( 1977:38 )
“Pengaruh seseorang pada yang lain kebanyakan ditimbulkan oleh pikiran. Kita mengkomunikasikan pikiran. Bagaimana hal ini terjadi? Kita timbulkan perubahan di luar yang sama. Perubahan-perubahan ini, setelah dipersepsi orang lain, akan memahami suatu pikiran dan menerimanya sebagai hal yang benar……..”
Frege menisyaratkan kelebihan rasionalisme pada empirisme.
DESCARTES DAN KANT
Menyimpulkan bahwa jiwalah ( mind ) yang menjadi alat utama pengetahuan, bukan alat indera. Jiwa menafsirkan pengalaman inderawi secara aktif : mencipta, mengoganisir, menafsirkan, mendistorsi dan mencari makna. Tidak semua stimuli kita terima.
Sedangkan menurut WILL DURANT (1933 : 203 ), menyimpulkan tulisan dari KANT, “ Sensasi dan pikiran adalah pelayan, mereka menunggu panggilan kita, mereka tidak dating kecuali kalau kita butuhkan. Ada tuan yang menyeleksi dan mengarahkan.
Pada aliran PSIKOLOGI GESTALT
MEINONG, EHRENFELS, KOHLER, WERTHEIMER, dan KOFFKA
Menurut mereka, Manusia tidak memberikan respons kepada stimuli secara otomatis. Manusia adalah organism aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Sebelum memberikan respon, manusia menangkap dulu “pola: stimuli secara keseluruhan dalam satuan – satuan yang bermakna. Pola ini disebut Gestalt Huruf “1” akan dianggap sebagai angka satu dalam rangkaian “1,2,3”.Manusialah yang menentukan makna stimuli itu, bukan stimuli sendiri. Di kalangan ilmu komunikasi terkenal proposisi “ Words don’t mean, People mean “.
LEWIN
Perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Dari Fisika Lewin meminjam konsep medan (field) untuk menunjukkan totalitas gaya yang mempengaruhi seseorang pada saat tertentu. Perilaku manusia bukan sekedar respons pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang mempengaruhi secara spontan.
Behavior adalah hasil interaksi antara person ( diri orang itu) dengan environment (lingkungan psikologisnya )
Lewin juga berjasa dalam menganalisa kelompok. Dari Lewin lahi konsep dinamika kelompok. Dalam Kelompok, individu menjadi bagian yang saling berkaitan dengan anggota kelompok yang lain. Kelompok memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki individu.
Lewin juga berbicara tentang tension (tegangan) yang menunjukkan suasana kejiwaan yang terjadi ketika kebutuhan psikologis belum terpenuhi. Konsep tension melahirkan banyak teori yang digabung dengan istilah teori ( konsistensi kognitif ) Teori ini pada pokoknya menyatakan bahwa individu berusaha mengoptimalkan makna dalam persepsi, perasaan, kognisi, dan pengalamannya.
Sejak pertengahan tahun 1950-an berkembang penelitian mengenai perubahan sikap dengan kerangka teoritis manusia sebagai pencari konsistensi kognitif. Di sini manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu berusaha menjaga keajegan dalam system kepercayaannya, dan diantara system kepercayaan dengan perilaku.
Awal tahun 1970-an muncul konsepsi Manusia sebagai pengolah informasi. Dalam konsepsi ini, manusia bergeser dari orang yang suka mencari justifikasi atau membela dii menjadi orang yang secara sadar memecahkan persoalan. Perilaku manusia dipandang sebagai produk strategi pengolahan informasi yang rasional, yang mengarahkan penyandian, penyimpanan, dan pemanggilan informasi. Contoh persepsi ini adalah Teori Atribusi.





















KONSEPSI MANUSIA DALAM PSIKOLOGI HUMANISTIK

Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan CARL ROGERS, yang boleh disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik.
Floyd W. Matson
Psikologi Humanistik adalah “Humanistic Psychologi is not just the study of ‘human being’ ; it is a commitment to human becoming”.
Psikologi Humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis Neo Freudian seperti Adler, Jung, Rank, Slekel, Ferenzi.Tetapi lebih banyak mengambil dari fenomenoloi dan eksistensialisme.
Brouwer , 1983 : 14
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri.” Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.”
Alfres Schutz ( tokoh sosiologi fenomenologis )
Pengalaman subyektif ini dikomunikasikan oleh factor social dalam proses intersubjektivitas.
Menurut Shutz :
“ Untuk memahami subyektif anda , aku harus mengambarkan arus kesadaran anda berdampingan dengan arus kesadaranku. Dalam gambaran inilah, aku harus menafsirkan dan membentuk tindakan intensional anda ketika anda memilih kata-kata anda”.
Intersubjektivitas diungkapkan pada eksistensialisme dalam tema dialog, pertemuan, hubungan diri dengan orang lain, atau apa yang disebut Martin Buber “ I-thou Relationship”. Istilah yang disebut terakhir menunjukkan hubungan pribadi dengan pribadi.
Eksistensialisme menekankan pentingnya kewajiban individu pada sesama manusia.
Menurut Coleman dan Hammen. 1974 : 36
Yang terpenting bukan apa yang didapat dari kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan.
Ini yang membedakan psikologi humanistic dengan mahzab lain.Manusia bukan saja pelakon dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari identitas, tetapi juga pencari makna.
Pandangan-pandangan CARL ROGERS
1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana dia menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal.
2. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasi diri.
3. Individu beeaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Ia bereaksi pada realitas seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri.Berupa penyempitan dan pengkakuan persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme petahanan ego seperti rasionalisasi.
5. Kecenderungan batiniah manusia ialh menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.

psikologi komunikasi (berfikir)


BERPIKIR

Proses ke empat yang mempengaruhi penafsiran kita terhadap stimuli adalah berfikir. Dalam berfikir kita melibatkan semua proses yaitu, sensasi, persepsi, dan memori.

§ Apakah berpikir itu ?
Menurut Floyd L. Ruch dalam bukunya Psychology and Life berpikir adalah,
Merupakan manipulasi atau organisasi unsure-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak.
Menurut Paul Mussen dan Mark R.Rosenzweig berfikir adalah,
Menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambing, sebagai pengganti objek dan peristiwa.
Berpikir melibatkan penggunaan lambing, visual atau grafis.

§ Untuk apa berpikir?
Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memcahkan masalah (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Memahami realitas berarti menarik kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan penjelasan dari realitas eksternal dan internal.
Sehingga dengan singkat, Anyta taylor et al mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan.

§ Bagaimana orang Berpikir ?
Secara garis besar ada dua macam berpikir, yaitu :
a) Berpikir austik
Berpikir austik = melamun
Dengan berpikir austik orang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantasi.
Contoh : Menghayal,Fantasi, Wishful Thingking
b) Berpikir realistic
Berpikir realistic = nalar (reasoning)
Ialah berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.
Menurut Floyd L. Ruch ada tiga macam berpikir yaitu :
1. Berpikir Realistik
2. Berpikir Deduktif
Ialah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama merupakan pernyataan umum. Dalam logika, ini disebut silogisme.
Contoh :
Semua manusia bakal mati
Socrates manusia
Jadi, Socrates bakal mati
Berpikir deduktif dapat dirumuskan, jika A benar, dan B benar, maka akan terjadi C.
Dalam berpikir deduktif, kita mulai dari hal-hal yang umum pada hal-hal yang khusus.
3. Berpikir Induktif
Berpikir Induktif dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudian mengambil kesimpulan yang umum.
4. Berpikir Evaluatif
Ialah berpikir kritis, menilai baik buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evalutif, kita tidak menambah atau mengurngi gagasan. Kita menilainya menurut criteria tertentu.

5. Berpikir Analogis
Umumnya orang menggunakan perbandingan atau kontras. Kita berpikir secara Analogis setiap kali kita menetapkan keputusan tentang sesuatu yang baru dalam pengalaman kita dengan menghubungkannya pada sesuatu yang sama pada asa lalu.

§ Menetapkan Keputusan ( Decision Making )
Salah satu fungsi berpikir adalah menetapkan keputusan. Setiap keputusan yang diambil, akn disusul oleh keputusan-keputusan lainnya yang berkaitan.
Keputusan yang kita ambil beraneka ragam, tapi tanda-tanda umumnya
Keputusan merupakan hasil berpikir
Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternative
Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan
Faktor- factor personal amat menentukan apa yang diputuskan antara lain :
Kognisi
Artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki
Motif
Sikap
Pada kenyataannya, kognisi,motif dan sikap berlangsung sekaligus


§ Memecahkan Persoalan ( Problem Solving )
Umumnya kita bergerak sesuai dengan kebiasaan.
Proses memecahkan masalah / persoalan berlangsung lima tahap yaitu :
Terjadi peristiwa ketika perilku yang biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu. Mula- mula kita mengatasinya dengan pemecahan yang rutin.
Mencoba menggali memori pada masa yang lalu
Penyelesaian mekanis (mechanical solution) dengan uji coba / trial and error
Mulai menggunakan lambing-lambng verbal atau grafis untuk mengatasi masalah. Mencoba memahami situasi yang terjadi, mencari jawaban, dan menemukan kesimpulan yang tepat.
Tiba-tiba terlintas dalam pikiran kita dalam memevahkan suatu masalah. Pemecahan masalah (aha erlebnis ) atau pengalaman aha, atau insight solution.
Faktor – factor yang mempengaruhi proses pemecahan masalah
Faktor-faktor pemecahan masalah dipengaruhi oleh factor-faktor situasional dan personal.
Faktor-faktor situasional terjadi, misalnya pada stimulus yang menimbulkan msalah ; pada sifat-sifat masalah : sulit-mudah, baru-lama, penting-kurang penting.
Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh factor-faktor biologis dan sosiopsikologis terhadap proses pemecahan masalah.
Faktor Biologis
Contoh : Manusia yang kurang tidur mengalami penurunan kemampuan berpikir
Faktor-faktor Sosiopsikologis
· Motivasi
· Kepercayaan dan sikap yang salah
· Kebiasaan
· Emosi

§ Berpikir Kreatif ( Creative Thingking )

Apa itu kreativitas ?
Menurut James C.Coleman dan Coustance L.Hammen,
Berpikir kreatif diperlukan mulai ari komuniktor yang harus mendesain pesannya, insinyur yang merancang bangunan, ahli iklan yang harus menata pesan verbal dan pesan grafis, sampai pada pemimpin masyarakat yang harus memberikan perspektif baru dalam mengatasi masalah social.
Syarat Berpikir Kreatif adalah :
MacKinnon, 1962 : 485
Kreativitas melibatkan respon atau gagasan yang baru, atau yang secara statistic sangat jarang terjadi.
Dapat memecahkan masalah/ persoalan secara realistis
Kreativitas merupkan usaha untuk mempertahankan insight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin
Jenis berpikir yang digunakan dalam berpikir kreatif ini adalah jenis berpikir analogi.
Guilford membedakan antara berpikir kreatif dan tak kreatif dengan konsep berpikir konvergen dan divergen.
Berpikir konvergen adalah kemampuan untuk memberikan satu jawaban yang tepat pada pertanyaan yang diajukan. Berpikir dengan cara ini erat kaitannya dengan kecerdasan
Berpikir divergen adalah mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban.Berpikir dengan cara ini erat kaitannya dengan kreativitas.Dapat diukur dengan fluency, flexibility dan originality.

Lima tahap berpikir kreatif adalah :
1) Orientasi
Masalah dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasi
2) Preparasi
Pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengn masalah
3) Inkubasi
Pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan jalan buntu
4) Iluminasi
Masa inkubasi berakhir, pemikir memperoleh ilham, serangkaian insight yang memcahkan masalah.
5) Verifikasi
Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kreatif
Coleman dan Hammen :
Kemampuan kognitif
Kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif.
Sikap yang terbuka
Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri
Orang yang kreatif tidak senang digiring, ingin menampilkan diinya semampu dan semaunya.





psikologi komunikasi (komunikasi massa)


Sejak tahun 1964 komunikasi massa telah mencapai public dunia secara langsung dan serentak.Melalui satelit komunikasi sekarang ini secara teoritis kita akan mampu memperlihatkan satu gambar,mendengarkan satu suara kepada tiga milyar manusia di seluruh dunia secara stimultan. Komuikator hanya tinggal menyambungkan alat pemancar dan jutaan orang tinggal menyetel alat penerima. Secara tekhnis hal ini sudah lama dapat dilakukan.

PENGERTIAN KOMUNIKASI MASSSA
Definisi paling sederhana dikemukakan oleh Biittner (1980:10) Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
Sedangkan menurut Gerbner (1967) Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki oang dalam masyarakat industry.
Secara Singkat dari berbagai definisi komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

SISTEM KOMUNIKASI MASSA VS SISTEM KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Bila system komunikasi massa diperbandingkan dengan system komunikasi interpersonal, secara tekhnis kita dapat menunjukkan empat tanda pokok dari komunikasi massa.Menurut Elizabeth-Noelle Neuman ada empat tanda pokok dari komunikasi massa yaitu :
§ Bersifat tidak langsung
§ Bersifat satu arah
§ Bersifat terbuka
§ Mempunyai public yang secara geografis tersebar
Karena perbedaan tekhnis maka system komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologis yang khas.. Ini tampak pada pengendalian arus informasi, stimulasi alat indra,dan proposi unsur isi dengan hubungan.
Pengendalian Arus Informasi
Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan yang diterima. Dalam komunikasi interpersonal kita dapat mengarahkan perilaku komunikasi.Menurut Cassata dan Asante (1979:12),bila arus komunikasi hanya dikendalikan oleh komunikator, situasi dapat menunjang persuasi yang efektif. Sebaliknya bila khalayak dapat mengatur informasi, situasi komunikasi akan mendoong belajar efektif.
Umpan Balik
Umpan balik berasal dari teori Cybernatics. Umpan balik adalah metode mengontrol system. Dalam sibernatika umpan balik adalah output system yang “dibalikkan” kembali (feedback) kepada system sebagai input tambahan dan berfungsi mengatur keluaran berikutnya. Dalam komunikasi umpan balik diartikan sebagai respons, peneguhan dan servomekanisme internal.
Stimulasi Alat Indra
Orang menerima stimuli lewat seluruh alat inderanya. Ia dapat mendengar, melihat, mencium, meraba dan merasa (bila perlu). Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa.
Mc Luhan membagi sejarah umat manusia pada tiga babak berdasarkan penggunaan media massa :
Babak Tribal (ketika alat indera manusia bebas menangkap berbagai stimuli tanpa dibatasi tekhnologi komunikasi.
Babak Gutenberg (Ketika mesin cetak menyebabkan manusia berkomunkasi secara tertulis )
Babak Neotribal (ketika alat-alat elektronis memungkinkan manusia menggunakan beberapa macam alat indera dalam komunikasi )
Proporsi Unsur Isi dan Hubungan
Pada komunikasi interpersonal, unsure hubungan sangat penting. Sebaliknya pada komuniksi massa, unsure istilah yang penting.
Dalam komunikasi interpersonal yang menentukan efektivitas bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusiawi, bukan ‘apanya’ tetapi ‘bagaimana’. Sistem komunikasi massa menekankan ‘apanya’.

SEJARAH PENELITIAN EFEK KOMUNIKASI MASSA
Menurut Noelle-Neumann, penelitian efek media massa selama empat puluh tahun mengungkapkan kenyataan bahwa efek media massa tidak perlu diperhatikan; efeknya tidak begitu berarti. Ini diperkokoh oleh psikolog social William McGuire.
Penelitian efek komunikasi mengungkapkan pang surut kekuatan media massa, dari media massa yang perkasa, kepada media massa yang berpengaruh terbatas, dan kembali lagi pada media massa yang perkasa.
Melvin DeFleur “instinctive S-R theory”, menurut Theori ini media menyajikan stimuli perkasa yang secara seragam dipehatikan oleh massa.
Klapper menyimpulkan bahwa efek komunikasi massa terjadi lewat serangkaian factor-faktor perantara. Faktor-faktor itu termasuk proses selektif (persepsi selektif,terpaan selektif,dan ingatan selektif), proses kelompok,norma kelompok,dan kepemimpinan opini.
Paul Lazarsfeld menurut dia media massa hamper tidak berpengaruh sama sekali
Noelle-Neumann, penelitian terdhulu tidak memperhatikan tiga factor penting dalam media massa. Faktor ini bekerjasama dalam membatasi persepsi yang selektif. Ketiga fator itu adalah : Ubiquity (serba ada), Kumulasi pesan dan keseragaman wartawan.
Disini jelas media massa menimbulkan efek yang kuat dalam membentuk persepsi khalayak, dan akhirnya bahkan menimbulkan nilai-nilai dan noma-noma social yang baru.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KHALAYAK PADA KOMUNIKASI MASSA
Model jarum hypodermis menunjukkan kekuatan media mssa yang perkasa untuk mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak. Khalayak sendiri dianggap sebagai kepala kosong yang siap untik menampung seluruh pesan komunikasi yang dicurahkan kepadanya.
Model peluru mengasumsikan semua orang memberikan reaksi yang sama terhadap pesan.
Media massa memang berpengaruh, tetapi pengaruh ini disaring, diseleksi, bahkan mungkin ditolak sesuai dengan factor-faktor personal yang mempengaruhi reaksi mereka.

TEORI DEFLEUR DAN BALL-ROKEACH TENTANG PERTEMUAN DENGAN MEDIA
DeFleur dan Ball-Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoritis : perspektif perbedaan individual, perspektif kategori social, perspektif hubungan social.
Perspektif perbedaan individual
Memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana memberikan makna pada stimuli tersebut.
Perspektif Kategori Sosial
Berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok social, yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama.
Perspektif Hubungan Sosial
Menekankan pentingnya peranan hubungan soaial yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap maedia massa.

PENDEKATAN MOTIVASIONAL DAN USES AND GRATIFICATION
Meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan social, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali juga termasuk yang tidak kita inginkan. Model Uses and gratification memandang individu sebagai makhluk suprasional dan sangat selektif.
Adi jelaslah kita menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa. Pada saat yang sama, kebutuhan ini dapat dipuaskan oleh sumber-sumber lain selain media massa.
Berdasarkan bebagai aliran dalm psikologi motivasional William J.McGuire menyebutkan 16 motif yaitu :
1. Motif Kognitif dan Gratifikasi Media
Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. Pada kelompok motif afektif yang berorientasi pada pemeliharaankeseimbangan. McGuire menyebut empat teori yaitu :
ΠYang menekankan aspek kognitif dari kebutuhan manusia
Teori Konsistensi
Teori ini memandang manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada berbagai konflik dan menekankan kebutuhan individu untuk memelihara orientasi eksternal pada lingkungan.
Teori Kategorisasi
Yang menjelaskan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan kategori internal dalam diri kita.
Teori Atribusi
Memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya.
Teori Kategorisasi
Memandang manusia sebagaai makhluk yang selalu mengelompokkan pengalamannya dalam kategorisasi yang sudah di persiapkannya.
Teori Objektifikasi
Memandang manusia sebagai makhluk yang pasif,yang tidak berpikir, yang selalu mengandalkan petunjuk-petunjuk eksternal untuk merumuskan konsep-konsep tertentu.
 Yang melukiskan individu sebagai makhluk yang berusaha mengembangkan kondisi kognitif yang dimilikinya
Teori Otonomi
Melihat manusia sebagai makhluk yang berusaha mengaktulalisaikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian yang otonom.
Teori Stimulasi
Memandang manusia sebagai makhluk yang lapar stimuli, yang senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya.
Teori Teleologis
Memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha mencocokkan persepsinya tentang situasi sekarang dengan representasi internal dari kondisi yang dihendaki.
Teori Utilitarian
Memandang individu sebagai orang yang memperlakukan setiap situasi sebagai peluang untuk memperoleh informasi yang berguna atau ketrampilan baru yang diperlukan dalam mengahadapi tantangan hidup.

2. Motif Afektif dan Gratifikasi Media
Motif afektif menekankan aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu yang ditandai oleh kondisi perasaan atau dinamika yang menggerakkan manusia mencapai tingkat perasaan tertentu.
ΠKelompok Pertama
Teori Reduksi Tegangan
Memandang Manusia sebagai system tegangan yng memperoleh kepuasan pada pengurangan ketegangan.
Teori Ekspresif
Menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan eksistensi dirinya, menampakkan perassan dan keyakinannya.
Teori Egodefensif
Beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri yang tertentu dan kita berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta berusaha hidup sesuai dengan diri dan dunia kita.
Teori Peneguhan
Memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya kepada ganjaran seperti yang telah dialaminya pada waktu lalu.
 Kelompok Kedua
Teori Penonjolan (assertion)
Memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan seluruh potensinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya dan dari orang lain.
Teori afiliasi (affiliation)
Memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih saying dan penerimaan orang lain.
Teori Identifikasi
Melihat manusia sebagai pemain peranan yang berusaha memuaskan egonya dengan menambahkan peranan yang memuaskan pada konsep diri.
Teori peniruan (Modelling Theories)
Memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Teori ini menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Disini individu dipandang secara otomatis cenderung berempati dengan perasaan orang-orang yang diamatinya dan meniru perilakunya.

EFEK KOMUNIKASI MASSA
Steven H. Chaffee menyebut lima hal efek media massa dari kehadirannya :
Efek ekonomis
Efek Sosial
Berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi social akibat kehadiran media massa.
Efek pada penjadwalan kegiatan
Joyce Cramond “Displacement Effect” yaitu reorganisasi kegiatan yang terjadi karena masuknya televise; beberapa kegiatan dikurangi dan beberapa kegiatan lainnya dihentikan sama sekali karena waktunya dipakai menonton televise.
Efek pada penyaluran / penghilangan perassan tertentu ,dan
Efek perasaan orang terhadap media
Steven H. Chaffee menyebut dua efek lagi akibat kehadiran media massa sebagi obyek fisik yaitu :
Hilangnya perasaan tidak enak
Tumbuhnya perasaan tertentu terhadap media massa
Media dipergunakkan tanpa mempersoalkan isi pesan yang disampaikannya. Kehadiran media massa bukan saja menghlangkan perasaan, ia pun menumbuhkan perasaan tertentu. Kita memiliki perassan positif atau negative pada media tertentu.


EFEK KOGNITIF KOMUNIKASI MASSA
Sebelum membicarakan efek kognitif komunikasi massa, kita membicarakan tentang citra.
Citra adalah gambaran tetntang realitas dan tidak harus selalu sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia menurut persepsi kita.
PEMBENTUKAN DAN PERUBAHAN CITRA
Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi.Buat khalayak, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau meredefinisikan citra. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi, realitas tangan kedua (second hand reality). JAdi akhirnya membentuk citra tentang lingkungan social kita berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa. Sehubungan dengan pembentukan citra, kita juga dapat berkata “News make names”. Orang yang tidak dikenal mendadak melejit namanya karena dia diungkap besar-besaran oleh media massa. KArena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, sudah tentu media massa mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan social yang timpang, bias dan tidak cermat. Terjadilah apa yang disebut steorotip. Stereotip adalah ganbaran umum tentang individu, kelompok,profesi, atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise, dan seringkali timpang dan tidak benar.Media massa juga bisa mempertahnkan citra yang sudah dimiliki khalayaknya.


AGENDA SETTING
Media massa memang tidak menentukan “what to think”, tetapi mempengaruhi”what to think about”. Media membentuk citra atau gambaran dunia kita seperti yang disajikan dalam media massa. Teori Agenda Setting dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita,artikel,atau tulisan yang akan disiarkannya.
Bila media massa terbukti sanggup membentuk citra orang tentang lingkungan dengan menyampaikan informasi, kita jug adapt menduga media massa tertentu berperan juga menyampaikan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai yang baik.
EFEK PROSOSIAL KOGNITIF
Efek prososial kognitif ini adalah bagaimana media massa memberikan menfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Sebagai contoh bil majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong, berari media telah menimbulkan efek ini.

EFEK AFEKTIF KOMUNIKASI MASSA
PEMBENTUKAN DAN PERUBAHAN SIKAP
Klapper melaorkan efek media massa dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, dapat disimpulkan pada lima prinsip umum yaitu:
Pengaruh komunikasi massa diantari oleh factor-faktor personal
Komunikasi massa biasanya berfungsi memprekokoh sikap dan pendapat yang ada
Perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada perubahan seluruh sikap
Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang dimana pendapat orang lemah
Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh
RANGSANGAN EMOSIONAL
Para peneliti telah berhasil menemukan fsktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media massa. Faktor-faktor itu, antara lain, suasana emosional (mood),skema kognitif,suasana terpaan, predisposisi individual, dan tingkat identifikasi khalayak dengan tokoh dalm media massa (Weiss,1969, V:52-99).
Suasana Emosional (mood)
Respon pada film dipengaruhi oleh suasana emosional kita.
Skema Kognitif
Ini adalah semacam “naskah” pada pikiran kita yang menjelaskan “alur” peristiwa.Skema kognitif tidak selalu berdasarkan pengalaman Skema kognitif dapat juga terbentuk karena induksi verbal atau petunjuk pendahuluan yang menggerakkan kerangka interpretif.
Suasana Terpaan (setting of exposure)
Predisposisi Individual
Mengacu pada karakteristik khas individu.
Identifikasi
Menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa.
RANGSANGAN SEKSUAL
Bahan-bahan erotis dalam Televisi,Fil,Majalah,Buku, dan sebagainya,biasanya disebut “pornografi”.Beberapa orang ahli menyebutnya dengan SEM (Sexually Explicit Materials) atau erotica (TAN, 1981:231-242)
Stimuli erotis adalah stimuli yang membengkitkan gairah seksual internal dan eksternal. Stimuli Intermal adalah perangsang yang timbul dari mekanisme tubuh organism. Stimuli eksternal adalah merupakan petunjuk-petunjuk (cues) yang bersifat visual, berupa bau-bauan (olfactory), sentuhan (tactual), atau gerakan (kinesthetic). Pada manusia, stimuli seksual tidaklah sesederhana dalam dunia binatang.Stimuli eksternal bukan saja bersifat visual,olfactory,tactual,kinesthetic, tetapi juga intelektual.
Apa yang merangsang saya belum tentu bisa merangsang anda.
Karena proses penzaliman inilah maka pa saja yang ada di dunia bisa saja menjadi stimuli erotis.Selain penzaliman, manusia juga dapat teransang karena imajinasi.Menurut Baron dan Byrne erotica telah diungkapkan sejak masa kemanusiaan paling dini.

EFEK BEHAVIORAL KOMUNIKASI MASSA
EFEK PROSOSIAL BEHAVIORAL
Salah satu perilaku prososial ialah memiliki ketrampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Ketrampilan ini biasanya diperoleh dari saluran-saluran interpersonal : orang tua, atasan,pelatih, atau guru.
Teori yang menjelaskan efek prososial media massa adalah teori belajar soaial dari Bandura. Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling).Perilaku merupakan hasil factor-faktor kognitif dan lingkungan. Bandua menjelaskan proses belajar social dalam empat tahapan proses :
Proses Perhatian
Proses Pengigatan
Proses Reproduksi motoris
Proses Motivasional


AGRESI SEBAGAI EFEK KOMUNIKASI MASSA
Menurut Teori Belajar Bandura, oang cenderung meniru perilaku yang diamatinya, stimuli menjadi teladan untuk perilakunya.
Menurut Teori Katharsis mausia digerakan oleh dua naluri, eros dan thanatos.Eros adalah naluri konstruktif dan thanatos naluri destruktif. Pada dasarnya manusia itu agresif, senang merusak,membunuh dan menghancurkan. Bila mengalami hambatan, dorongan agresif bertumpuk dan menimbulkan ketegangan.Kekuatan agresif yang terhambat sewaktu-waktu dapat meledak. Orang harus berusaha menguranginya,menahannya,menghilangkannya sama sekali. Menyalurkan dorongan agresif secara konstruktif inilah yang disebut catharsis. Media massa menyajikan fantasi dan pengalaman wakilan (vicarious experience).
TEORI – TEORI EFEK SOSIAL KOMUNIKASI MASSA
Innis (1951), media mempengaruhi bentuk-bentuk organisasi social. Setiap media memiliki kecenderungan memihak ruang atau waktu (communication bias).Bias pada ruang artinya, pesan dapat disampaikan ke tempat-tempat yang jauh, sehingga terjadi ekspansi territorial,mobilisasi penduduk secara horizontal, dan kekaisaran.Bias ruang membawa ke masa depan.
Bias pada waktu artinya, orang tinggal pada suatu ruang yang terbatas, pada kelompok yang terikat erat karena sejarah,tradisi,agama dan keluarga. Bias waktu membawa ke masa lalu. Dengan demikian media komunikasi membentuk jenis kebudayaan tertentu.
Teori Sapir Whorf yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi cara berpikir. Lahirlah teori “Medium is the Message”. Menurut McLuhan,setiap media mempunyai tata bahasanya sendiri. Yang dimaksud dengan tata bahasa ialah seperangkat peraturan yang erat kaitannya dengan berbagai alat indra dalam hubungan nya dengan penggunaan media. Karena media bias pada alat indra tertentu, media mempunyai pengaruh yang berbeda pada perilaku manusia yang menggunakannya.

Gebner mengembangkan konsep “mainstreaming”. Mainstreaming artinya mengikuti arus. Mainstreaming dimaksudkan sebagai kesamaan diantara pemirsa berat (heavy viewers) pada berbagai kelompok demografis, dan perbedaan dari kesamaan itu pada pemirsa ringan (light viewers).
Yang baru dari Phillips aialah penggunaan kerangka teori imitasi pada efek media massa terhadap anggota-anggota masyarakat. Yang lebih menarik lagi sebenarnya penjelasan Phillips tentang teorinya ia analogikan dengan penularan penyakit, ia menyebutkan enem karakteristik penularan cultural :
Periode Inkubasi
Imunisasi
Penularan khusus atau umum
Kerentanan untuk ditulari
Media Infeksi
Karantina